Diskripsi

Ter-teran merupakan rangkaian dari Aci Usaba Dalem Nganggih atau biasa disebut Aci Muu-Muu yang dilaksanakan pada Bulan Maret atau tepatnya pada Tilem Kesanga. Usaba Muu-Muu dilaksanakan setiap dua tahun sekali pada saat angka tahun masehi berangka ganjil. Usaba Muu-Muu merupakan kegiatan tawur yang dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi berupa persembahan caru dari berbagai jenis wewalungan seperti sampi suku bang, asu bang bungkem, celeng dan ayam sanga sata. Hari pada saat upacara tawur berupa caru kepada Bhuta Kala disebut dengan hari Penogtogan. Pada hari penogtogan inilah, tradisi Ter-Teran tersebut dilaksanakan yakni ketika para pembawa/pengusung caru kembali dari upacara yang dilaksanakan di tepi pantai Desa Pakraman Jasri. Setelah selesai melaksanakan persembahyangan caru tersebut, saat masyarakat kembali ke desa dan melewati gerbang desa, warga pembawa  caru ini disambut oleh seluruh karma/masyarakat desa dengan suara kulkul bulus, sorak sorai dan dengan ter-teran atau lempar-lemparan sundih/bobok (sejenis obor, terbuat dari daun kelapa yang dikeringkan, diikat dan salah satu ujungnya dibakar) sehingga disebut Ter-teran.

Dilihat dari segi namanya, dalam bahasa Bali ter-teran berarti lempar-lemparan dengan menggunakan sarana api, pijar atau sinar sarana api yang dilempar tersebutlah dinamakan Ter-teran. Dalam tradisi ter-teran ini terjadi peristiwa melempar sundih yakni sejenis obor yang terbuat dari daun kelapa kering yang diikat-ikat. Ukuran sundih tersebut, kira-kira sebesar lengan manusia. Konon, sundih-sundih yang sudah dibakar itu bermakna mengusir bhuta kala agar tidak berada dilingkungan desa pakraman dan kembali ketempatnya masing-masing. Agar api terus berkobar, maka kegiatan ter-teran dilanjutkan oleh sesama krama (warga Desa Pakraman Jasri yang lain) dengan saling melempar sundih.

Tentang sejak kapan dimulainya tradisi terteran ini, tidak ada yang tau pasti karena tidak ada bukti tertulis yang menjelaskan tentang hal tersebut. Namun demi tetap ajegnya tradisi yang tergolong unik ini, Prajuru Desa Pakraman Jasri berusaha untuk merekomendasikan setiap kegiatan ngusabha dalam dua tahun sekali dilaksanakan tradisi ter-teran. Dengan usaha tersebut, tradisi ter-teran ini dapat diwariskan kepada generasi mendatang sekaligus untuk melestarikanya.

Tradisi ter-teran merupakan tradisi yang unik karena disamping atraksi saling melempar sundih, sebelum pelaksanaan tradisi ini diberlakukan berbagai jenis aturan yang berupa konvensi atau awig-awig yang tidak tertulis, yang tidak boleh dilanggar oleh seluruh krama. Karena hal itu sangat disakralkan, maka krama Desa Pakraman Jasri tidak ada yang beranai melanggarnya karena mereka berkeyakinan bahwa kalau melanggar mereka akan mendapatkan bencana, yang paling nyata adalah bencana berupa sanksi adat.

Dokumentasi Foto