Diskripsi

Usaba Aya atau Usaba Gede pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Dalem Demade (1665-1685) oleh I Gusti Ngurah Alit Bungaya. Bahkan Dalem Demade memberikan 108 petak sawah kepada warga Bungaya untuk bisa tetap melestarikan/melaksanakan semua tradisi atau upacara tersebut. Usaba Gede ini awalnya dilaksanakan setiap 2 tahun sekali namun kemudian menjadi 10 tahun sekali bahkan terkadang lebih disebabkan pelaksanaannya memerlukan biaya yang sangat besar.

Usaba Gede ini sering pula disebut dengan Usaba Dangsil karena sarana upakara utama yang digunakan adalah “Dangsil” yakni bebanten yang dirangkai sedemikian rupa dilengkapi dengan dedaunan, jajanan tradisional serta sesajen dan dibuat bertingkat seperti meru. Banten berupa Dangsil ini dibuat dalam berbagai ukuran yakni Dangsil Dalem merupakan Dangsil tertinggi dengan tingkat 11 dan tinggi ± 16 M, Dangsil Desa tingkat 9, serta Dangsil-Dangsil Subak dengan jumlah tingkatan 7 sebanyak 4 buah, 1 buah Dangsil dengan tingkat 5 serta 40 buah Dangsil ukuran kecil dengan tingkat 3. Pada pelaksanaannya Usaba Dangsil ini juga diikuti oleh warga dari desa-desa tetangga seperti Desa Tenganan Pegringsingan, Desa Jungsri, Desa Timbrah, Desa Asak, Desa Bugbug, Desa Tenganan Dauh Tukad dan lainnya. Tujuan dari dilaksanakannya Usaba Dangsil adalah sebagai wujud bakti kasih kehadapan Ida Sanghyang Widhi (Tuhan) agar senantiasa diberikan kesejahteraan dan kemakmuran umatnya didunia dengan hasil bumi yang melimpah. Selain Dangsil yang menjadi kekhasan dan keunikan Usaba Aya adalah prosesi upacaranya yang benar-benar merupakan ujian fisik dan mental bagi para calon Deha (gadis) maupun Teruna (pemuda) serta lamanya waktu pelaksanaan yang tidak tentu. Berikut adalah rangkaian kegiatan Usaba Aya :

Melasti adalah proses pensucian/pembersihan secara niskala semua pratima ke Pantai Pasir Putih di Desa Perasi yang diikuti oleh seluruh masyarakat. Bagi para pria tidak diperkenankan memakai baju dan udeng hanya kamben dan saput bercorak. Bagi para calon Deha dan Teruna harus melakukan puasa dari pagi sampai kembali dari melasti.

Mesesedep dilaksanakan khusus bagi para calon Deha dan Teruna, dengan maksud agar mereka benar-benar bersih lahir bathin dan suci semua pikiran, perkataan dan perilakunya untuk mengikuti semua rangkaian upacara selanjutnya.

Tarian Anda adalah tarian sakral yang dilaksanakan oleh para deha dan teruna serta para tetua desa. Tarian ini dilaksanakan pertama di Pura Penataran pada dini hari selanjutnya dilaksanakan tarian Anda Gede di halaman Pura Puseh (Bale Agung). Prosesi Tarian Anda ini sangat-sangat sakral dengan pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan seperti tidak boleh memutus barisan penari. Proses ini dilaksanakan mulai pukul 19.00 wita sampai dini hari. Dilakukan secara bergantian antar deha dan teruna sesuai urutan dengan menggunakan pakaian khusus. Setelah proses menari secara bergiliran nantinya mereka akan naik dan duduk secara berurutan di Bale Agung. Tarian Anda ini akan berlangsung sampai pagi bahkan lewat karena nantinya mereka semua akan melakukan tarian secara bersama dengan membentuk lingkaran sebanyak 81 putaran sekitar 7 jam. Disinilah para Teruna dan Deha dilatih mental dan fisiknya agar tetap kuat dan tegar.

Puncak Upacara adalah prosesi upacara dimana dangsil-dangsil yang sebelumnya sudah didirikan di masing-masing pura Pada puncak upacara akan diusung menuju Pura Penataran. Dangsil Dalem akan dinaiki oleh keturunan Raja Klungkung karena terdapat hubungan antara Desa Bungaya dengan Raja Klungkung pada masa lampau. Keunikan yang nampak pada puncak Usaba Dangsil ini adalah pada cara berpakaian yakni bagi semua warga / masyarakat yang mengikuti upacara ini tidak diperkenankan menggunakan baju. Bagi para pria hanya memakai kain (kamben) dengan saput tanpa memakai udeng. Sedangkan bagi para wanita memakai kain (kamben) dengan toros (penutup dada). Seluruh rangkaian upacara ini berlangsung kurang lebih selama 2 bulan.

Usaba Dangsil ini memiliki nilai-nilai kompleks yakni nilai budaya dimana adat dan budaya yang tersirat dalam pelaksanaannya merupakan sebuah identitas budaya daerah yang menjadi warisan turun temurun sehingga setiap prosesinya dilaksanakan dengan ketaatan pada tradisi. Disamping itu juga memiliki nilai persaudaraan/solidaritas yang terlihat pada jalannya setiap prosesi bukan saja warga Desa Bungaya namun juga dibantu pula oleh warga desa lainnya.

Dokumentasi Foto