KARANGASEM, Balifactualnews.com – Tumpek Landep merupakan hari raya pemujaan kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati sebagai dewanya taksu. Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rentetan setelah hari raya saraswati, dimana pada hari ini umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.
Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karangasem (Disbudpar), mengimplementasikan Perayaan Rahina Tumpek Landep tersebut dengan upacara Jana Kerthi sebagai Pelaksanaaan Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kertih dalam Bali Era Baru di Kabupaten Karangasem, dengan menggelar ‘Pameran dan Sarasehan Keris’ yang akan dilaksanakan pada Minggu(10/4/2022) di Wantilan Kantor Bupati Karangasem.

Kepala Disbudpar Karangasem I Wayan Astika pada Kamis(7/4/2022) menyampaikan, kegiatan pakeling Rahina Tumpek Landep Tahun ini mengangkat Tema “ Pesona dan Taksu Pusaka Keris Bali dan tema Sarasehan “Memaknai Taksu Keris Pusaka sebagai Roh Integrasi dalam Keberagaman”. Di meriahkan dengan Pameran dan Sarasehan Keris dengan tema Pesona dan Taksu Keris Bali.
Lanjutnya, kegiatan tersebut digelar dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang makna dan peranan hari hari Tumpek Landep sebagai motor Penggerak Teknologi di Bali yang tercipta dari ketajaman Adnyana/pikiran. Juga untuk mengetahui secara holistik aspek sejarah, keragaman keris, taksu dan nilai spiritual, karakter dan keluhuran keris sebagai representasi peradaban bangsa serta pendalaman tentang keragaman, nilai multikultural dan nilai universal, filosofi serta aspek spiritual, yang berpeluang mengangkat keris sebagai representasi spiritual dalam peradaban Bangsa.
Astika menambahkan, kegiatan itu juga akan memberikan manfaat dan kontribusi tentang pengembangan Keris Pusaka Budaya dalam triple dimensi nilai Budaya, nilai teknologi dan nilai ekonomi dalam ranah lokal (Bali), Nasional (Indonesia), Universal (Dunia).
“Saya berharap dengan pameran dan sarasehan itu, bisa memotivasi para perajin Khususnya Perajin Pande Besi dan emas perak di Kabupaten Karangasem untuk dapat meningkatkan produktifitas dan Kreatifitasnya dengan bertukar pikiran dengan sesama perajin dan masyarakat,” terang Astika.
Menurutnya, rangkaian ritual yang dilaksanakan umat Hindu mulai Hari Suci Saraswati, Pagerwesi dan puncaknya Tumpek Landep membuat Bali penuh vibrasi kesucian, kedamaian, ketenangan, dan kenyamanan. Tumpek Landep yang jatuh pada setiap Sabtu kliwon Landep (kalender Bali) adalah pujawalin Ida Bhatara Ḉiwa dan yoganya Sang Hyang Pasupati ( kunang ring wara Landel, Saniscara kliwon pujawali bhatara çiwa, mwah yogan ira Sang Hyang Pasupati ) ( Çundarigama, 14) ). Pada saat itu kita (umat Hindu) wajib melaksanakan pemujaan kehadapanNya disertai dengan upakara seperlunya.
“Upacara dan upakara Tumpek Landep secara khusus ditujukan kehadapan Sang Hyang Pasupati dengan mengupacarakan sarwa sanjata (lelandep) supaya memiliki tuah (berdaya guna dan berhasil guna). Namun secara khusus juga hari raya Tumpek Landep bertujuan untuk menajamkan pikiran kira (kalingania ring wwang, denia pasupati landeping idep, samaknanta lekasakena kang japa mantra) ( Çundarigama, 14). yakni dalam hubungannya dengan manusia bertujuan untuk menajamkan pikiran dengan puja mantra sakti pasupati. Dengan kejernihan, ketajaman dan kesucian pikiran kita dapat meningkatkan kwlitas kemanusiaan kita (dari manawa menuju mandawa) yaitu dari manusia biasa menuju manusia dengan ‘ sifat-sifat dewani’,” ungkap Astika.
Lebih jauh dikatakannya, upacara ini dilaksanakan untuk memohon keselamatan kepada Sang Hyang Pasupati, manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai pencipta dan pemilik peralatan yang terbuat dari besi, baja, emas, atau perak. Kemudian makna lebih dalam tentang Tumpek Landep adalah untuk mengasah dan meningkatkan ketajaman pikiran serta mohon kekuatan lahir batin agar manusia selamat dalam mengarungi samudra kehidupan.
“Bhagawan Wararuci dalam Kitab Sarasamuccaya mengajak umat agar terus meningkatkan ketajaman dan kecerdasan akal serta pikiran dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sebab dari semua makhluk yang dilahirkan ke dunia, hanya manusia yang dibekali kecerdasan akal dan pikiran,” terangnya.
Mungkin masyarakat Hindu di Bali masih banyak yang mengira Tumpek Landep adalah hari ulang tahun atau otonan untuk kendaraan dan barang barang yang terbuat dari besi, kata Astika, namun kalau ditelisik dari makna secara filosofis, Tumpek Landep adalah wujud keseriusan umat membangun hidup penuh kedamaian dan menjaga kesucian kemajuan teknologi agar tidak merusak alam serta lingkungan hidup. Pelaksanaan ritual Tumpek Landep bagi umat Hindu, khususnya di Bali yang dengan mudah dapat disaksikan di berbagai pelosok tempat.
“Mari maknai Perayaan Rahina Tumpek Landep tersebut dengan upacara Jana Kerthi sebagai implementasi pelaksanaaan Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kertih dalam Bali Era Baru di Kabupaten Karangasem,” pungkas Astika. (ger/bfn)

sumber : https://balifactualnews.com/