Situs Cagar Budaya
situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu
Nama | Pura Yeh Santi |
---|---|
Nomor inventaris | 6/STS/PYS/MGS/2016 |
Lokasi | Dusun/Br. Tenganan, Desa/Kelurahan Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali |
Koordinat | 50 L 0310244; UTM 9050996, Dpl. 161 meter |
Ukuran | 56 x 26 meter |
Batas Langsung | Utara tanah milik Desa Tenganan; Timur jalan setapak, bukit, Hutan; Selatan Pura Dalem; Barat Sungai Pandek. |
Pemilik | Desa Adat Tenganan |
Pengelola | Desa Adat Tenganan |
Diskripsi Pura Yeh Santi terletak di penghujung utara ruang pemukiman Desa Adat Tenganan dengan alam lingkungannya berupa hutan, semak belukar dan bukit. Situs Pura Yeh Santi dibangun menggunakan material susunan batu alam (andesit) mulai dari tembok pembatas sampai bangunan utama. Cagar Budaya di dalam pura ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni Struktur Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Budaya. Struktur Cagar Budaya berjumlah 11 buah antara lain tahta batu10 buah, petirtaan 1 buah, dan bangunan 1 buah. Struktur Cagar Budaya yang berupa tahta batu dibangun dari susunan material batu alam berbentuk persegi empat sama sisi, segi tiga sama sisi, dan persegi empat panjang. Sebuah struktur bangun petirtaan berada pada sisi bagian timur, masyarakat lokal menyebut dengan istilah ‘kayehan dedari’ dibangun menggunakan material batu alam terdiri dari dua ruang, masing-masing berbentuk persegi empat lengkap dengan pancuran berjumlah 3 buah dan dua buah. Sebuah bangunan dengan sebutan Gedong Sari berada pada ruang pojok timur laut pada posisi tanah yang lebih tinggi. Bangunan ini dengan bahan material bagian dasar (pondasi) dibangun bertingkat berbentuk persegi empat sama sisi dibuat dari susunan batu alam sampai pada bagian dinding tembok. Tembok bangunan dibuat dari susunan batu-bata tanpa melalui proses pembakaran. Berdasarkan penuturan Jero Mangku Wiradnyana (40 tahun), prosesi ritual diselenggarakan setahun sekali setiap tanggal ping 3/ping 5 sasih Samba. Sasih Samba merupakan nama bulan kelima menurut perhitungan bulan di dalam tradisi lokal masyarakat Desa Adat Tenganan. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa situs Pura Yeh Santi berasal dari masa prasejarah (megalitik) dan masih berlanjut sampai saat ini difungsikan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur maupun kekuatan alam. |
Benda Cagar Budaya
Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia
Tidak ada data
Struktur Cagar Budaya
Struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
Nama | Permandian |
---|---|
Nomor inventaris | 8/STRK/PMD/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 3, 26 m; panjang 10,10 m; lebar 9, 75m. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian Bagi warga masyarakat lokal Desa Tenganan, pemandian ini dengan sebutan kayehan dedari (pemandian bagi para bidadari). Pemandian ini dibuat berbentuk persegi empat, dengan pembagian ruang sebelah kanan dan kiri (A dan B). Kedua ruang dipisahkan oleh sebuah tembok dari susunan batu alam dengan ukuran setengah badan/sebatas paha orang dewasa. Dari segi fungsinya, ruang bagian sebelah kanan diperuntukkan bagi golongan laki-laki dan ruang sebelah kiri bagi golongan perempuan. Pemandian ini dibuat berbentuk persegi empat. Saluran air berada pada sisi bagian timur. Pada ruang A dengan 3 buah pancuran kecil, salah satu dari ketiga pacuran tersebut menggunakan sebuah lingga sebagai ornament bagian puncaknya. Pada ruang pemandian B memakai 2 buah pancuran, salah satu dari pancuran tersebut memakai hiasan mudra pada bagian puncaknya. Pintu masuk pemandian berada pada sisi barat. Di depan pintu masuk pemandian ini adalah beberapa teras berundak dan menjelang pintu masuk merupakan sebuah bidang selasar. Menurut penuturan Mangku Wiradnyana, pemandian ini merupakan pemandian niskala. Dikatakan demikian karena secara kasat mata pemandian ini adalah tidak ada airnya, dan sumber airnyapun entah dari mana tidak dapat diketahui dengan jelas. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 9/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 60 cm; panjang 128 cm; lebar 128 cm |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini dibangun dengan teknik rancang bangun yang sedehana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan bidang samping keempat sisi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah menhir sebagai puncaknya. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 10/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 73 cm; panjang148 cm; lebar 140 cm; dan bagian menhir tinggi 39 cm |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini dibangun dengan teknik rancang bangun yang sedehana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan bidang samping keempat sisi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah menhir sebagai puncaknya. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 11/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 30 cm; panjang 120 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini dalam kondisi sedang terbelit oleh akar-akar pohon, karena memang posisinya berada di bawah pohon beringin. Sebagian dari bangun tahta batu ini telah terpendam di dalam tanah, sehingga yang terlihat hanya sebagian saja yakni bagian bidang atas dan sebagian sisi samping. Bidang atas dengan pola bangun segi tiga sama sisi. Pada bidang atas ditempat sebuah menhir sebagai puncaknya. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 12/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 27 c m; panjang 100 cm; lebar 90 c m. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini dibangun dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang samping dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah menhir sebagai puncaknya. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 13/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 48 c m; panjang 290 cm; lebar 196 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat panjang, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah menhir sebagai puncaknya. |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 14/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 45 cm; panjang 118 cm; lebar 105 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar tanpa ditempatkan sebuah batu berdiri (menhir). |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 15/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 48 cm; panjang 150 cm; lebar 123 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar tanpa ditempatkan sebuah batu berdiri (menhir). |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 16/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 60 cm; panjang 115 cm; lebar 90 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar tanpa ditempatkan sebuah batu berdiri (menhir). |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 17/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 60 cm; panjang 143 cm; lebar 133 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat agak memanjang, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah batu berdiri (menhir). |
Nama | Tahta Batu |
---|---|
Nomor inventaris | 18/STRK/TB/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 56 cm; panjang 140 cm; lebar 136 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Tahta batu ini berbentuk persegi empat agak memanjang, dibangun di atas tanah dengan teknik rancang bangun sederhana yakni materialnya disusun begitu saja tanpa menggunakan bahan perekat. Pola bangunnya berbentuk segi empat dengan 4 sisi bidang sampingi dan bidang atasnya datar. Di atas bidang datar ditempatkan sebuah batu berdiri (menhir). |
Bangunan Cagar Budaya
Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
Nama | Gedong Sari |
---|---|
Nomor inventaris | 1/BNG/GS/MGS/2016 |
Ukuran | tinggi 450 cm; panjang 536 cm; lebar 536 cm. |
Bahan | Batu Alam |
Warna | Abu-abu |
Perolehan | Pura Yeh Santi |
Periodesasi | tradisi megalitik, berlanjut sampai masa Hindu Bali |
Kondisi | utuh ditumbuhi organisme |
Pemerian
Bangunan Gedong Sari dibuat dengan material batu alam, batu bata, kayu dan ijuk. Struktur bangunan terdiri dari bagian kaki, bagian badan dan bagian atap. Bagian pondasi dan bagian kaki bangunan dibuat dengan material batu alam yang disusun secara rapi. Bagian badan dibangun dengan susunan batu bata yang tidak dibakar sehingga batu-bata terlihat berwarna coklat. Bagian atap memakai ijuk. Bagian rangka atap dengan konstruksi material dari kayu. Bangunan ini dibangun dengan arah hadap ke selatan mata angin. Pintu masuk berada pada sisi selatan. Menurut penuturan Jero Mangku Wiradnyana, siapa tokoh yang dipuja pada pelinggih ini belum dapat diketahui dengan pasti. |
Leave A Comment