Ni Nengah Putu

Tari (Arja)

PRAKERTYA RACANA TAHUN 2017

Profile Seniman

Kesenian Tari Arja adalah termasuk Seni Drama dan Tari yang sangat Komplek, karena didalamnya sangat terkait dengan olah  tubuh / gerak tari, olah Vocal, dialog, dan penguasaan pupuh dalam Gaguritan / tembang sebagai dasar untuk dialog dengan pasangan bermain dalam sin perbabakan. Semua unsur – unsur tersebut telah dikuasai oleh seorang Ibu Ni Nengah Putu, yang terlahir pada tanggal :  30 Desember 1944, di Banjar Telengis, Desa Duda, Kecamatan Selat. Sebenarnya Ibu Ni Nengah Putu tidak terlahir dari keluarga seniman Arja, namun terjadinya sebagi seniman penari Arja adakalah berkat dorongan orang lain, yaitu berawal ketika menginjak usia 15 tahun mulai belajar Matembang sekar alit / gaguritan macepat atas saran dari seorang temannya yang bernama Ketut Mianta sebagai seniman Arja  dari Keramas Gianyar yang kebetulan waktu itu berkunjung kerumahnya, yang ketika itu menurut I Ketut Mianta dianggap Ni Nengah Putu memiliki suara dan vocal yang sangat cocok untuk Penari Arja, maka setelah Ni Nengah Putu menguasai tembang Macepat langsung dilatih  menari  Arja yang sangat cocok sebagai pemeran Desak Rai.

Seiring dengan perkembangannya dalam menekuni tari Arja maka tersebar dari mulut kemulut atas kebolehannya sebagai pemeran Desak Rai sehingga sering diajak pentas oleh grup/sekaa arja yang ada dilingkungan Banjar telengis, dan akhirnya pada tahun  1962 Ni Nengah Putu bergabung dengan Sekaa Arja di Banjar Telengis yang juga diikuti oleh Sekaa Arja RRI Denpasar sampai pada tahun 1970 an.

Pengalaman pementasannya pada masa kejayaan kesenian Drama Tari Arja pada tahun tahun 1970 an Ni Nengah Putu sangat sering diminta bergabung dengan sekaa – sekaa arja lainnya di seantero Kabupaten Karangasem dengan istilah lain pementasan Drama Tari Arja dengan sekaa Babutbutan / sekaa gabungan dari beberapa sekaa. Diantaranya yang pernah mengajak bergabungnya adalah penari penari kondang  seperti penari Arja dari Desa Budakeling Kecamatan Bebandem,  bergabung dengan Penasar Wijil kawakan jaman itu seperti Monjong – Sadru. Mengenai ruang lingkup pementasannya bukan saja hanya dilingkungan Banjar Telengis saja, melaiankan menurutnya  pernah pentas atau menari arja di Nusa Penida, Keramas Gianyar, dan seputaran Kabupaten Karangasem, berbicara masalah upahan Ni Nengah Putu menyampaikan bahwa ketika menari pernah mendapatkan sasari mulai dari nominal Rp.5.000,- sampai kisaran Rp.10.000,-karena setiap pementasannya tidak memasang target upahan, itupun tidak jarang berangkat dari rumah menuju tempat pentas dengan berjalan kaki dengan sekaa karena transportasi saat itu masih sangatlah jarang dan langka.

Sebagai penari yang sering menari bergabung dengan penari lainnya yang sebelumnya tidak  sempat untuk berkumpul menyusun Cerita yang akan dibawakan, sehingga cerita dan pembagian peran dibicarakan dan disepakati ketika penari telah berkumpul bersama di suatu tempat pentas dan cerita itupun disusun bersama secara Spontanitas, dan dialog atau percakapan di arena pentas pun secara spontanitas pula karena masing – masing penari sudah sangat menguasai Pada Lingsa pupuh- pupuh dari Macepat sebagai dasar tembang dialog.

Kini usia Ni Nengah Putu telah menginjak 73 tahun,  namun di tahun 2016 masih menyempatkan diri untuk menari bergabung dengan sekaa Arja Gabungan Pemuda Selat dengan Bangli. Dalam beberapa pementasan beliau sering juga memerankan peran lain selain sebagai pemeran Desak Rai, Menggeluti Seni Drama Tari Arja ini beliau  didampingi oleh keluargaanya sendiri yaitu Kakak dan Adik -adiknya.