I Made Suarsana

Parwa (Wayang Wong)

PRAKERTYA RACANA TAHUN 2017

Profile Seniman

Selain Itihasa Epos Ramayana di pentaskan dalam bentuk Seni Pakeliran Wayang Kulit,  juga Epos Ramayana ini dipentaskan dalam bentuk seni Drama dan Tari /Sendratari dan juga dalam bentuk Parwa atau Wang Wong ( Wayang orang). Seni Wayang Wong ini masih banyak terdapat di Persada  Bali, terutama di bali utara. Seni Wayang Wong ini hampir semuanya tidak dikomersialkan, bahkan ada yang sangat disakralkan atau dikeramatkan karena memiliki nilai magis, dan pementasannya pun pada hari hari tertentu di suatu pura, bahkan ada yang mementaskan karena ada hajatan pembayaran kaul dan lain-lainnya. Di Kabupaten Karangasem masih banyak terdapat beberapa kelompok / Sekaa Kesenian Wayang Wong diantaranya adalah di Banjar Pemuteran, yang kini diwarisi dan dilestarikan oleh : I Made Suarsana, yang dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1958, dalam menjalani kehidupannya didampingi istri Ni Wayan Papeh, Pendidikan formal yang dapat dijalaninya hanya tingkat Sekolah Dasar( SD ).

Dalam penuturannya I Made Suarsana adalah sejak kecil merasa terpanggil untuk melestarikan seni Wayang Wong yang ada didesanya yang merupakan Warisan Budaya dari Leluhurnya, sehingga untuk bisa melestarikan kesenian tersebut maka dengan segala upaya dan jerih payahnya beliau harus belajar dan belajar untuk menguasai semua jenis tarian dalam peran Wayang Wong tersebut dari orang tua dan penari penari seniornya, dengan tujuan agar tarian Wayang Wong warisannya tidak punah dan tidak terjadi pergeseran Pakem Tari Wayang Wong tersebut.

Ruang lingkup pementasan Wayang Wong hanya disekitaran Wilayah Pemuteran yaitu di lingkungan pura-pura dan belum pernah keluar wilayahnya.

<strong>Cerita dan Pementasan:</strong>

Cerita yang biasa dibawakan adalah mengambil bagian atau Kanda dari Epos Ramayana yaitu pada bagian Dewi Sita Kapandung. Bahasa sebagai komunikasi / percakapan dalam pementasan menggunakan Bahasa Kawi yang dipertegas dan diterjemahkan oleh Punakawannya, serta menggunakan tandak atau sasendon dari Kekawin Ramayana, dengan iringan Gamelan Gong Kebyar, adapun Pemeran atau penari dari Wayang Wiong tersebut semuanya diharuskan adalah kaum laki-laki, tetapi boleh ada pemeran perempuan namun yang belum mengalami Raja swala / belum kotor kain.

Dengan tekad dan kegigihannya untuk melestarikan seni Wayang Wong di desanya maka beliau kini telah melatih Generasi anak-anak untuk menerima warisan budaya yang adhi luhung tersebut untuk diteruskan sepanjang zaman, mengenai jadwal latihan anak-anak tersebut satu bulan sekali yaitu pada saat hari Purnama.

I Made Suarsana sebagai pewaris dan pelestari kesenian Wayang Wong  memiliki tanggung jawab juga untuk tetap memelihara  keaslian perangkatnya seperti Tapel, Pakaian dan Gamelannya.